DEWA NEWS
PENGERTIAN ADAKAH HUKUM KARMA DALAM ISLAM?
Keshalihan amal baik orang tua memiliki dampak yang besar bagi
keshalihan anak-anaknya, dan memberikan manfaat bagi mereka di dunia dan
akhirat.
Sebaliknya amal-amal jelek dan dosa-dosa besar yang dilakukan orang
tua akan berpengaruh jelek terhadap pendidikan anak-anaknya.
Pengaruh-pengaruh tersebut di atas datang dengan berbagai bentuk. Di
antaranya, berupa keberkahan amal-amal shalih dan pahala yang Allah
sediakan untuk nya. Atau sebaliknya berupa kesialan amal-amal jelek dan
kemurkaan Allah serta akibat jelek yang akan diterimanya.
Bentuk ganjaran dan pahala atau
kemurkaan dan siksaan tersebut biasanya akan dirasakan oleh anak.
Ganjaran yang dirasakan anak dapat berupa penjagaan, rezeki yang luas,
dan pembelaan dari murka Allah (jika orang tua shalih dan gemar
melaksanakan amalan yang baik). Adapun amal jelek orang tua, akan
berdampak jelek kepada anak, dapat berupa musibah, penyakit dan
kesulitan-kesulitan lain.
Oleh karena itu, orang tua hendaknya
memperbanyak amal shalih karena pengaruhnya akan terlihat pada anak.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh, Maka Tuhanmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada
kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari
Tuhanmu; dan bukanlah Aku melakukannya itu menurut kemauanku sendiri.
demikian itu adalah tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya”. (QS. Al Kahfi: 82)
Awalnya, Musa ‘alaihis salam bersama
Khidir singgah di sebuah desa dan berharap dijamu oleh penduduknya, akan
tetapi ternyata mereka enggan menjamu keduanya. (sebelum kedua nabi ini
pergi) mereka melihat ada dinding yang hampir roboh. Khidir pun
menegakkannya. Musa ‘alaihis salam berkata:
“Jikalau kamu mau, niscaya kamu
mengambil upah untuk itu”. (QS. Al Kahfi: 77)
Khidir menjawab:
“Adapun dinding rumah adalah
kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta
benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang
saleh”. (QS. Al Kahfi: 82)
Maka perhatikanlah bagaimana Allah
menjaga harta pusaka anak yatim ini sebagai balasan atas keshalihan
kedua orang tuanya! Apakah Anda menyangka atau meyakini bahwa simpanan
yang Allah jaga itu dikumpulkan dari harta haram? Sama sekali tidak.
Orang tua yang shalih tidak mungkin mengumpulkan harta dari sumber yang
haram dan tidak mungkin Allah akan menjaganya jika harta itu tidak
berasal dari sumber yang halal.
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya
meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka
khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah
mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar.” (QS. An Nisaa: 9)
Ayat ini menjelaskan hubungan antara
perkataan yang benar dan yang jelek dengan keadaan anak yang akan
ditinggalkan oleh orang tuanya.
Jika Anda melihat orang tua yang
memakan harta anak yatim atau menganjurkan untuk berbuat zalim kepada
mereka, atau mengurangi hak-hak mereka, maka bangkit dan ucapkanlah
perkataan yang benar dengan semata-mata mengharap wajah Allah ta’ala.
Dengan kalimat yang benar dari Anda ini, Allah akan menghilangkan
kezhaliman dan menegakkan kebenaran, dan pengaruh baiknya akan terus
dirasakan oleh anak cucu Anda dan akan dicatat di buku catatan kebaikan
Anda di hari kiamat.
Maka bersemangatlah dalam memuliakan
anak yatim, dan berhati-hatilah dari mendekati harta mereka, karena
semua itu memiliki pengaruh yang besar atas anak-anak Anda sebagaimana
telah kami terangkan di atas.
Perbaiki, wahai bapak dan ibu, makanan
dan minuman serta pakaian Anda; (carilah yang halal), karena dengan
demikian ketika Anda mengangkat kedua tangan berdoa kepada Allah dengan
tangan dan jiwa yang suci, Allah akan menerima doa Anda untuk kebaikan
anak-anak Anda, memperbaiki keadaan mereka dan memberkahi diri mereka.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya Allah Hanya menerima
dari orang-orang yang bertakwa”. (QS. Al Maaidah: 27)
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Ada seorang laki-laki yang melakukan perjalanan jauh.
Rambutnya kusut dan berdebu. Lalu dia mengangkat kedua tangannya ke
langit seraya berdoa, ‘Ya Rabbi, Ya Rabbi.’ Padahal makanannya haram,
minumannya haram, dan pakaianya haram, maka bagaimana orang seperti
iniakan dikabulkan doanya?”[Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab
Shahih-nya (no. 1015) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu]
Bagaimana Anda berdoa mengangkat kedua
tangan dan mengharapkan jawaban, sementara tangan Anda masih sering
membunuh, memukul, dan menganiaya, Anda masih suka menipu orang?
Bagaimana Anda berdoa untuk kebaikan anak Anda dengan tangan itu?
Bagaimana mungkin Anda berdoa, memanjatkan permintaan kepada Allah
dengan mulut Anda, sementara mulut itu sering memakan harta yang haram,
sering berdusta, namimah, ghibah, mencela kehormatan orang, mencaci dan
memaki, bahkan mengucapkan kalimat syirik, dan menuduh berzina wanita
baik-baik?!
Apakah Anda yakin doa Anda akan
diterima sementara pakaian dan makanan Anda dari sumber yang haram?!
Karena itu bertawakallah dan beramal
shalihlah agar doa untuk kebaikan anak Anda diterima!
Diceritakan bahwa sebagian orang-orang
salaf dahulu pernah berkata kepada anaknya, “Wahai anakku, aku akan
membaguskan shalatku agar engkau mendapatkan kebaikan.” Sebagian Ulama
menyatakan bahwa makna ucapan itu adalah aku akan memperbanyak shalatku
dan berdoa kepada Allah untuk kebaikanmu.
Kedua orang tua bila membaca Al
Qur’an, surah Al Baqarah dan surat-surat Mu’awidzat (Al Ikhlas, Al
falaq, dan An Naas), maka para malaikat akan turun utnuk
mendengarkannya,[Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (no.
2699) dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu] dan setan-setan akan
lari.[Dikeluarkan juga oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (no.
796)]
Tidak diragukan bahwa turunnya
malaikat membawa ketenangan dan rahmat. Dan ini jelas memberi pengaruh
baik terhadap anak dan keselamatan mereka.
Tetapi bila Al Qur’an ditinggallkan,
dan orang tua lalai dari dzikir, ketika itu setan-setan akan turun dan
memerangi rumah-rumah yang tidak ada bacaan Al Qur’an, penuh dengan
musik, alat-alat musik, dan gambar-gambar yang haram. Kondisi seperti
ini jelas akan berpengaruh jelek terhadap anak-anak dan mendorong mereka
berbuat maksiat dan kerusakan.
Wallahu a’lam.
[Disalin dari Kitab Fiqih Tarbiyatul Abna Edisi Indonesia “Bagaimana
Nabi Mendidik Anak” Diterjemahkan oleh Al Ustadz Ahmad Hamdani Ibnu
Muslim. Penerbit Media Hidayah, Yogyakarta. 2005.]
________
FootNote:
[1] Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahih-nya (no. 1015) dari
hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya
Allah itu baik dan tidak menerima sesuatu kecuali yang baik. Dan
sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman
(seperti) apa yang telah diperintahkan kepada para rasul. Dia berfirman,
“Wahai para rasul, makanlah dari segala sesuatu yang baik dan
kerjakanlah amal shalih, sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu
kerjakan.” (Al Mukminun: 51)
Dan Dia berfirman, “Wahai orang-orang yang beriman, makanlah dari
apa-apa yang baik yang telah Kami berikan kepadamu.” (QS. Al
Baqarah: 172), kemudian Nabi menyebutkan kisah laki-laki tadi.
[2] Dikeluarkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (no. 2699)
dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasululah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, -kemudian beliau menyebutkan
haditsnya dan di antaranya adalah, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di
salah satu rumah Allah (masjid), membaca Kitabullah, saling
mempelajarinya di antara mereka, melainkan ketenangan akan turun atas
mereka, rahmat akan meliputi mereka, para malaikat akan menaungi mereka,
dan Allah akan menyebut mereka kepada malaikat yang ada di sisi-Nya.”
[3] Dikeluarkan juga oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya (no.
796), bahwa Usaid bin Hudhair radhiyallahu ‘anhu pada suatu malam
membaca Al Qur’an di tempat penjemuran kurmanya. Tiba-tiba kudanya
melonjak-lonjak. Usaid kemudian melanjutkan membaca, dan tak lama
kemudian kuda itu melonjak-lonjak lagi. Kemudian dia membaca lagi, dan
kembali kudanya melonjak-lonjak lagi. Dia berkata, “Aku khawatir kuda
tersebut akan menginjak anakku, Yahya. Maka aku pergi melihat apa yang
terjadi dengan kuda itu. Ternyata ada benda seperti gumpalan awan di
atasnya, di dalamnya seperti ada pelita. Lama-kelamaan gumpalan itu naik
ke angkasa dan menghilang. Pagi-pagi sekali aku menghadap Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menanyakan perihal kejadian semalam.
Nabi berkata kepadaku, “Sekarang bacalah, wahai Ibnu Khudair.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar