renungan Qalbu

DEWA NEWS PENYEJUK QALBU
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan 
janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam”(QS.Ali-Imran:102)


=====================================================================
 ALLAHU AKBAR

======================================================================
Setiap mukmin tentu menyadari, bahwa kita adalah makhluk yang lemah, makhluk tidak berdaya, yang
tidak memiliki kekuatan apa-apa, kecuali bila kita diberi pertolongan dari-Nya. Dialah Allah Yang Maha Besar, Dialah Allah Yang Menguasai alam semesta beserta seluruh isinya. Sikap hamba yang pasrah, dengan menyerahkan dan menyandarkan segala urusan kepada Allah adalah sikap utama dalam Islam.
Dalam Islam, sikap pasrah, yang dibarengi kesadaran akan keagungan dan kebesaran Allah, disebut dengan TAKBIR; Dan simbol takbir disampaikan dengan mengucapkan kalimat ALLAHU AKBAR; yang artinya ALLAH MAHA BESAR. Kalimat Takbir terdiri dari dua kata, yaitu kata ALLAH dan kata AKBAR. Lafadz ALLAH merupakan salah satu dari nama-nama Tuhan. Asma ALLAH adalah lafadz yang disebut sebagai ISMUL’JAMI’, yang berarti nama yang mengumpulkan; artinya kalimat ini berfungsi mengumpulkan atau memuat seluruh asma-asma ALLAH yang lain. Sedangkan lafadz AKBAR, yang merupakan salah satu dari ASMAUL HUSNA adalah kata yang berbentuk TAFDIL atau SUPERLATIVE yang berarti MAHA BESAR.
Dengan mengatakan bahwa hanya Allah semata yang Maha Besar, maka secara langsung, ungkapan ini meniadakan setiap perasaan atau kesadaran diri yang merasa besar, hebat, atau apa pun. Dari TAKBIR pula menegaskan bahwa kita sama sekali diharamkan untuk sombong, angkuh atau membanggakan diri. Karena takbir berasal dari kata kabbara-yukabbiru-takbiran, sedangkan kata takabbur berasal dari kata takabbara-yatakabbaru-takabbaruran, artinya merasa paling besar atau sombong. Dan sifat ini tidak boleh dimiliki oleh manusia kecuali hanya Allah saja yang berhak untuk membanggakan dirinya atas seluruh kekuasaa Nya yang Dia ciptakan. Maka dari itu Allah menuntun kita untuk menyadari akan hal ini dengan melakukan takbir dalam shalat. Agar kita menjadi orang yang selalu merendahkan hati terhadap Allah maupun terhadap sesama.





 
=========================================================================
 BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM     
=========================================================================
Bagi setiap muslim, tentu sangat akrabdengan satu lafadz yang senantiasa dibaca dalam berbagai 
aktivitas keseharian; lafadz tersebut adalah: BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM yang artinya “Dengan Menyebut Asma Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang”. Mengucapkan “Basmallah” sangat dianjurkan ketika hendak memulai suatu urusan yang baik seperti makan, hendak minum, naik kendaraan, membaca Al Qur’an dan sebagainya. Rasulullah bersabda: setiap perkara yang baik tidak dimulai dengan bismillahirrahmanirrahim, maka dia terputus. (HR. Al Khatib) (lihat Aqimusshalah hal 215), As siraj al lMunir, jilid 3, hal 86)
Pada lafaz RAHMAN dan RAHIM, meski keduanya berasal dari Asmaul Husna; namun masing-masing memiliki titik tekan yang berbeda; RAHMAN adalah cinta kasih Tuhan untuk menjadikan sesuatu kepada hamba-hambaNya; sedangkan RAHIM adalah cinta kasih Tuhan untuk menyempurnakan segala apa yang diberikan kepada hamba-hambaNya.
Terlepas apakah Bismillah menjadi bagian dari surat Al Fatihah dalam Alquran atau tidak; kalimat Bismillahirrahmanirrahim memiliki kedudukan yang sangat penting dalam ibadah shalat. Perbedaan ekspresi dalam mengucapkan Bismillah hanya pada masalah diucapkan (diartikulasikan) atau cukup di hati saja. Ada dua pendapat mengenai bacaan “bismillahirrahmanirrahim” di saat membaca surat Al Fatihah dalam shalat. Dibaca dengan suara jahar (keras) atau dibaca dengan suara sirr (pelan).
Pendapat yang membaca Basmalah dengan dijaharkan berasal dari riwayat Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah senantiasa menjaharkan Basmallah pada dua surat sampai dia wafat (HR Daruqutni); Lihat Sunan Daaruqutni, jilid 1, juz 1 hal 304).
Diriwayatkan dari Nu’man Al munir. Aku pernah Shalat dibelakang Abu Hurairah ra. Maka ia membaca bismillahirrahmanirrahim kemudian dibacanya ummul Al qur’an (surat Alfatihah) dan didalam hadist tersebut tatkala mengucapkan salam dia berkata. Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman kekuasaan-Nya. Sesungguhnya shalatkulah yang paling mirip dengan Rasulullah (HR. An Nasai) – Sunan An Nasai, jiid 1, juz 2, hal 134.
Pendapat kedua, membaca Basmalah dengan pelan (sirr).
Dari Anas ra. Berkata: aku dengan Rasulullah saw dengan Abu bakar, Umar dan Usman, tetapi aku tidak pernah mendengar mereka membaca “bismillahirrahmanirrahim” (HR. Imam Muslim)
Dari Anas ra bin Malik. Berkata: aku biasa Shalat dibelakang nabi saw. Di belakang Abu Bakar, Umar dan Usman. Mereka hanya memulai bacaaan dengan “alhamdulillahi rabbil ‘alamin” dan tidak pernah kudengar mereka membaca bismillahirrahmanirrahim pada awal bacaan (alfatihah) dan tidak pula pengahabisannya.( HR, imam Muslim).
Didalam ensiklopedi Nurcholis Majid hal. 362 menyebutkan, bahwa dalam shalat membaca Al Fatihah bukanlah suatu persoalan, sedangkan bismillahirrahmanirrahim termasuk di dalam surat Al Fatihah atau tidak, masih diperselisihkan. Kalau mengambil berbagai pendapat mengenai surat Al Fatihah, maka yang wajib betul dibaca dalam shalat adalah dimulai dengan “Alhamdulillah” sampai “wa la al dhallin”, sedang membaca “bismillah”-nya tidak wajib.


=========================================================================
                   DOA
 =========================================================================                                                          
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina “. (QS. Al Mu’min [40]: 60).
“Doa adalah senjata orang yang beriman dan tiangnya agama serta cahaya langit dan bumi “. (HR. Hakim);
Doa adalah bentuk permohonan seorang hamba kepada Allah SWT. Doa juga menjadi salah satu cara manusia berkomunikasi dan berinteraksi dengan Sang khalik. Doa merupakan inti ibadah sekaligus menjadi senjata bagi orang-orang beriman. Doa juga menjadi kunci bagi terbukanya pertolongan Allah SWT.
Shalat adalah do’a…”, demikian menurut sebuah hadis. Ibadah shalat, yang dimulai dari takbir dan ditutup dengan salam, di dalamnya banyak memuat ungkapan-ungkapan yang mengandung pujian dan doa. Karena prinsipnya, shalat menjadi cara hamba untuk menunjukkan kebaktian dan permohonan kepada Sang Khalik.
Hakikat doa adalah penuntun bagi seseorang untuk mengubah dirinya agar menjadi lebih baik. Allah SWT berfirman dalam Al Quran surat Al Baqarah ayat 186,
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku) dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran “.
Al Baqarah ayat 201,
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka “.
Dalam Al Quran surat Al A’raaf ayat 55 Allah SWT memerintahkan umat-Nya untuk berdoa dengan sikap merendahkan diri dan suara yang lembut,
“Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas “.
Namun, selain keharusan berdoa dengan merendahkan diri dengan suara yang lembut, kita juga harus memiliki adab dan tata cara berdoa yang benar. Yakni memelihara keyakinan di dalam hati, bahwa doa kita akan dikabulkan, bersungguh-sungguh dalam berdoa, berbaik sangka kepada-Nya, dan mengulang-ulang doa sebanyak mungkin.
Sikap doa ini telah diajarkan nabi pada waktu duduk iftirasy dalam shalat, diawali memohon ampunan atas dosa-dosa yang telah kita lakukan (rabbighfirli) , memohon dikasihani (warhamni),memohon ditutup aib kesalahan diri (wajburni),memohon diangkat derajat hidup didunia dan diakhirat (warfa’ni), memohon dilimpahkan rejeki (warzuqni), memohon diberi petunjuk dan tuntunan (wahdini),memohon diberikan kesehatan lahir dan bathin (wa afini) dan memohon ampunan atas segala kehilafan (wa’fuanni).
Doa-doa ini diucapkan secara berulang-ulang memberikan dampak kepada mental dan spiritual seseorang apabila dilakukan dengan serius, bukan sekedar membaca. Mengapa demikian? Karena doa yang diucapkan dengan jelas dan diulang-ulang akan tersimpan dalam memori otak si pendoa. Apabila diniatkan oleh hatinya, akan mempengaruhi respons otak yang menghantarkan impuls listrik keseluruh syaraf otak dan seluruh tubuhnya. Kalau sudah tertanam dalam pikiran bawah sadarnya, akan bekerja secara otomatis mempengaruhi gerakan otot, tulang dan organ tubuh yang lainnya. Karena otak telah diprogram secara terus menerus berupa kata-kata positif. Dan program inilah yang menggetarkan seluruh syaraf yang mendorong sekujur tubuh dan pikirannya untuk berbuat seperti yang telah ditanamkan berulang-ulang. Karena otak merupakan motor penggerak yang memiliki jaringan listrik yang amat rumit ke seluruh anggota tubuh manusia. Motor menggerak ini bekerja atas informasi yang ditanamkan melalui data yang tersimpan dalam memori otaknya. Data ini menghasilkan gerak reflek tanpa harus dikendalikan pikiran sadarnya. Maka dari itu, mengapa shalat harus dilakukan dengan sadar dan mengerti apa yang diucapkan. Karena akan mempengaruhi gerakan perilakunya sesuai data yang ditanamkan secara berulang-ulang tersebut. Apabila didalam menjalankan shalatnya tidak dilakukan dengan serius dan tidak diinginkan oleh hatinya, maka gerakan bawah sadarnya juga akan terjadi sesuai data yang kita masukkan dalam pikiran kita, yang disebut Neuro Linguistic Programing (NLP).
Shalat telah membentuk pikiran positif yang ditanamkan berulang-ulang dalam otak , sehingga membentuk program bawah sadar menjadi karakter tubuh dan gerakan. Apabila shalat dilakukan dengan perasaan malas, maka akan tercipta secara otomatis tubuhnya menjadi malas untuk melaksanakan shalat ketika mendengarkan suara adzan dikumandangkan. Demikian pula dengan doa yang diulang-ulang. Seluruh tubuhnya akan merespons apa yang telah tertanam dalam pikiran bawah sadarnya dan mempengaruhi perilakunya. Sehingga setiap saat dorongan dalam bawah sadarnya akan berbuat seperti apa yang diinginkan dalam pikirannya. Misalnya, ketika seseorang dalam doanya ingin mempunyai rumah atau mobil. Jika niatnya ditanamkam benar-benar dari hatinya, maka otak akan merespons niat kita tersebut sehingga disimpan dalam memori.
Dari memori terjadi pemrograman yang akan menggerakkan seluruh syaraf pada otak. Dan syaraf akan mengendalikan tubuh untuk berbuat secara otomatis untuk meraih apa yang dicita-citakan. Disamping itu, gelombang pikiran otak akan selalu bergetar yang dihantarkan oleh gelombang elektromanetik yang akan memancarkan energi keseluruh alam. Getaran pikiran ini akan selalu memancar tanpa henti menembus tanpa halangan. Sehingga dengan mudah pikiran kita ditangkap oleh pikiran yang memancar pula dari pihak yang lain tanpa disadarinya. Dan terjadilah proses hukum alam saling bertemu dalam gelombang yang sama. Pikiran positif akan bertemu dengan pikiran positif, dan pikiran negatif akan bertemu dengan pikiran negatif. Inilah yang dimaksudkan dengan The Law Of Atraction.
Di dalam berdoa, disamping pengaruhnya terhadap mental dan tubuh, juga terjadi hubungan khusus dengan Sang Maha Pencipta. Ketika sesesorang memanjatkan doanya, ruhaninya menembus tertuju kepada pusat energi yang paling tinggi, yaitu Allah Swt. Dengan melakukan doa secara khusus dan penuh keyakinan, sesungguhnya ia sedang meraih energi Tuhan yang selalu terpancar kepada jiwa orang yang mendekati-Nya. Energi Tuhan,hanya bisa turun kepada hati yang pasrah dan merendahkan diri. Kekuatan pasrah akan menghasilkan intuisi dan kecerdasan spiritual yang luar bisa.


Perintah bertaqwa
-QS.Ali Imran [3]: 102: Perintah bertaqwa dan mati dalam Islam
﴿ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ ﴾ [آل عمران: 102] .
“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Alloh sebenar-benarnya takwa, dan janganlah sekali-kali kalian mati melainkan dalam keadaan memeluk agama Islam.”
- QS.An-Nisa’[4]:1 Perintah bertaqwa dan manusia berasal dari satu jiwa, memelihara hubungan silaturrahmi.
﴿ يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا ﴾ [النساء: 1] .
            “Wahai sekalian manusia! Bertakwalah kepada Robb kalian yang telah menciptakan kalian dari satu jiwa, dan dari padanya Alloh menciptakan istrinya, kemudian dari pada keduanya Alloh mengembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Alloh yang dengan (mempergunakan) namaNya kalian saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Alloh senantiasa menjaga dan mengawasi kalian.”
-QS. Al-Ahzab[]:71-72: Perintah bertaqwa dan berkata benar
﴿يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا ﴾ [الأحزاب: 70، 71].
            “Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kalian kepada Alloh dan katakanlah perkataan yang benar, niscaya Alloh akan memperbaiki amalan-amalan kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan barangsiapa yang menta’ati Alloh dan RosulNya maka sungguh dia telah 
mendapat kemenangan yang besar.”
========================================================================
KEDUDUKAN TAQWA:
========================================================================
Wasiat seluruh Nabi
An-Nisa : 131 :
Dan sesungguhnya kami telah memerintahkan orang-orang yang diberi kitab sebelum kamu dan kamu juga, untuk bertaqwa kepada Allah
26 : 10 -11
Dan ingatlah ketika Tuhanmu menyeru Musa (dengan firman-Nya), ” Datangilah kaum yang Zalim itu”
Yaitu kaum Fir’aun, mengapa mereka tidak bertaqwa ?
26 : 123-124
Kaum Aad telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Hud berkata, ” Mangapa kamu tidak bertaqwa ?”
26 :141-142
Kaum Tsamud telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Saleh berkata, ” Mangapa kamu tidak bertaqwa ?”
26 : 160-161
Kaum Luth telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Luth berkata, ” Mangapa kamu tidak bertaqwa ?”
26 :176-177
Kaum Aikah telah mendustakan para Rasul, ketika saudara mereka, Syu’aib berkata, ” Mangapa kamu tidak bertaqwa ?”
37 : 123-124
CIRI-CIRI TAQWA
QS.Al-Baqarah [2] : 2- 5
Itulah kitab yang tiada keraguan di dalamnya. Petunjuk bagi orang yang bertaqwa,
yaitu orang-orang beriman kepada yang ghaib, dan mendirikan shalat dan menafkahkan sebagian rizkinyat,
dan orang-orang yang yang beriman kepada apa-apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad), dan kepada orang-orang sebelum kam dan yaqin kepada hari akhir
QS.Al-Baqarah [2] :177
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke barat dan ke timur itu suatu kebaikan. Melainkan kebaikan itu ialah barang siapa yang beriman kepada Allah , malaikat, kitab, dan para Nabi, dan memberikan harta yang dicintai kepada kerbat dekat, anak-anak yatim, orang miskin, orang yang dalam perjalanan, dan memerdekakan budak, dan mendirikan shalat, menunaikan zakat , dan menepati janji apabila berjanji, dan sabar baik dalam kesulitan, penderitaan dan peperangan, yang demikan itulah yang benar, dan yang demikian itu lah orang-orang yang bertaqwa
2 : 21,
Wahai orang-orang yang beriman, sembahlah Tuhanmu yang menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa
Taqwa sebaik-baik bekal
49 : 73
Persiapkanlah bekal, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa
7 ; 26
Taqwa : keselamatan
27 :53
demikianlah telah kami selamatkan orang yang beriman dan mereka itu selalu bertaqwa
Yang diterima dari amal : taqwanya
Daging-daging dan darah-darah unta itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridaan) Allah, tetapi taqwamulah yang mencapainya
3 : 133-135
dan bersegeralah kepada ampunan Tuhanmu dan surga seluas langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa,
Yaitu orang-orang menginfaqkan rizkinya baik dalam kemudahan maupun kesusahan, yang menahan marahnya, dan memaafkan kepada manusia. Dan Allah menyukai orang yang berbuat baik
Dan orang-orang yang apabila berbuat kekejian atau zalim kepada diri sendiri, maka ia segera ingat kepada Allah, dan beristighfar kepada Allah atas dosa-dosanya. Dan siapakah yang lebih mengampuni dosa selain ALlah ? Kemudian dia tidak meneruskan perbuatannya, meskipun dia mengetahuinya
3 : 15-17
Untuk orang-orang yang bertaqwa pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya dan ada istri yang suci serta keridaan Allah. dan Allah Maha Melihat hamba-hambanya.
Yaitu orang yang berdoa, ” ya Tuhan kami, sesunguhnya kami telah beriman, maka ampunilah kami dan peliharalah kami dari siksaan neraka”
Dan orang orang yang sabar, yang benar, yang tetap taat, yang menafkahkan hartanya (di jalan Allah) dan memohon ampun di waktu sahur
21 :48- 49
Dan sesungguhnya telah kami berikan kepada Musa dan Harun Kitab Taurat dan penerangan serta pengajaran bagi orang yang bertaqwa,
Yaitu orang yang takut akan azab Tuhan mereka sedang mereka tidak melihatnya dan mereka takut akan tibanya hari kiamat
51:15-19
sesungguhnya orang-orang yang bertaqwa berada dalam taman-taman dan di mata air-mata air, sambil mengambil apa yang diberikan oleh Tuhan kepada mereka. Sesungguhnya mereka itu orang-orang yang berbuat baik.
Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam
Dan mereka di akhir-akhir malam mohon ampun kepada Allah
Anugerah bagi Orang taqwa
8 : 29
Hai orang-orang yang beriman, jika kamu bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan memberi kamu furqon*, dan menghapus kesalahan-kesalahan kamu dan menghapus dosa-dosamu
(*furqon : petunjuk membedakan baik dan buruk, petunjuk)
65 : 2-3
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, nisaya Allah memberikan kepada mereka jalan keluar (atas segala persoalan), dan diberi rizki dari tempat yang tidak terduga
65 :4
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menjadikan baginya kemudahan dalam segala urusan
65 :5
Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Allah akan menutupi kesalahan-kesalahannya dan melipat gandakan pahala baginya
7 ; 96
Jika seandainya penduduk suatu negeri Iman dan taqwa, pastilah Kami akan melipatgandakan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
 
 =========================================================================
 MUSABAH HARIAN
=========================================================================
 Setelah  sholat malam…, ditengah keheningan malam…coba diri ini merenung…tentang :
1.  Kepala kita!
Apakah ia sudah kita tundukkan, rukukkan dan sujudkan dengan segenap kepasrahan seorang hamba yang  tiada daya di hadapan Allah Yang Maha Perkasa, atau ia tetap tengadah dengan segenap keangkuhan, kecongkakan dan kesombongan seorang manusia?
2. Mata kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk menatap keindahan dan keagungan ciptaan-ciptaan   Allah Yang Maha Kuasa, atau kita gunakan untuk melihat segala pemandangan dan kemaksiatan yang dilarang?
3. Telinga Kita!
Apakah ia sudah kita gunakan untuk mendengarkan suara adzan, bacaan Al Qur’an, seruan kebaikan, atau kita gunakan utk mendengarkan suara-suara yang sia-sia tiada bermakna?
4. Hidung Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mencium sajadah yang terhampar di tempat sholat, mencium anak-anak tercinta serta mencium kepala anak-anak yatim piatu  yang sangat kehilangan kedua orangtuanya dan sangat mendambakan cinta bunda dan ayahnya?
5. Mulut kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk mengatakan kebenaran dan kebaikan, nasehat-nasehat bermanfaat serta kata-kata bermakna atau kita gunakan untuk mengatakan kata-kata tak berguna dan berbisa, mengeluarkan tahafaul lisan alias penyakit lisan seperti: bergibah, memfitnah, mengadu domba, berdusta bahkan menyakiti hati sesama?
6. Tangan Kita!
Apakah sudah kita gunakan utk bersedekah kepada dhuafa, membantu sesama yang kena musibah, membantu sesama yang butuh bantuan, mencipta karya yang berguna bagi ummat atau kita gunakan untuk mencuri, korupsi, menzalimi orang lain serta merampas hak-hak serta harta orang yang tak berdaya?
7. Kaki Kita!
Apakah sudah kita gunakan untuk melangkah ke tempat ibadah, ke tempat menuntut ilmu bermanfaat, ke tempat-tempat pengajian yang kian mendekatkan perasaan kepada Allah Yang Maha Penyayang atau kita gunakan untuk melangkah ke tempat maksiat dan kejahatan?
8. Dada Kita!
Apakah didalamnya tersimpan perasaan yang lapang, sabar, tawakal dan keikhlasan serta perasaan selalu bersyukur kepada Allah Yang Maha Bijaksana, atau di dalamnya tertanam ladang jiwa yang tumbuh subur daun-daun takabur, biji-biji bakhil, benih iri hati dan dengki serta pepohonan berbuah riya?
9. Perut kita!
Apakah didalamnya diisi oleh makanan halal dan makanan yang diperoleh dengan cara yang halal sehingga semua terasa nikmat dan barokah. Atau didalamnya diisi oleh makanan yang diperoleh dengan cara yang tidak halal, dengan segala ketamakan dan kerakusan  kita?
10. Diri kita!
Apakah kita sering tafakur, tadabur, dan selalu bersyukur atas karunia yang kita terima dari Allah Yang Maha Perkasa?
MAKNA HIDUP
Hidup dan kehidupan merupakan misteri. Manusia terlahir bukan atas kehendaknya sendiri. Dari pasangan ibu dan bapak yang bukan pilihannya. Waktu dan tempat kelahirannya pun di luar perencanaannya.
Setelah terlahikan ke dunia, Allah st memberikan kepada qolbu ayah dan ibunya perasaan kasih dan saying yang mendalam kepada anak-anakna. Dengan kasih saying itu, orang tua akan selalu merawat, membesarkan, melindungi serta mendidik buah hatinya. Tidak kenal lelah sepanjang hidupnya, mereka selalu memberikan perhatian dan belas kasih untuk kesuksesan dan kebahagiaan keturunannya tersebut.
Waktu dating silih berganti, tanpa terasa si bati tumbuh menjadi anak-anak, kemudian memasuki usia remaja. Dari remaja menjadi dewasa, setelah itu menjadi setengah baya dan memasuki usia senja, kemudian berakhir dengan kematian, yang seorangpun tidak ada yang tahu kapan ia dating di mana dia menjemput dan apa yang menyebabkan kehadirannya.
Dalam perjalanan waktu tersebut, hidup manusia tidak lpas dari tiga hal, yakni (1) makan dan minum, (2) tidur, (3) berhajat besar ataupun kecil. Ibarat mesin yang membutuhkan bahan baker dan oli. Pada saatnya bahan baker tersebut akan habis dan oli pun harus dibuang dan diganti dengan yang baru. Seperti itulah gambaran kehidupan manusia. Setiap hari itulah manusia harus diisi dengan makanan dan minuman agar dapat digunakan untuk beraktivitas. Dan pada saatnya makanan dan minuman itu harus dibuang agar tidak menimbulkan penyakit bagi manusia itu sendiri.
Tubuh manusia membutuhkan makanan yang diperlukan untuk menopang semua aktivitas organ tubuhnya. Makanan berfungsi untuk menghasilkan tenaga, mengganti bagian-bagian tubuh yang rusak dan untuk pertumbuhan.
Setelah makanan itu dikonsumsi oleh manusia, kemudian mengalami proses metabolisme di dalam tubuh. Sisa dari metabolisme tersebut dikeluarkan melalui proses pernafasan (respirasi), ekskresi (benda yang dikeluarkan berbentuk air), dan defekasi (benda yang dikeluarkan berbebtuk padat). Proses pernafasan mengeluarkan kabondioksida dan uap air, ekskresi mengeluarkan urine yang berasal dari ginjal dan keringat melalui kulit, serta proses defeksi menghasillkan tinja yang keluar dari lubang anus.
Inilah beberapa hal yang selalu terjadi dalam perjalanan hidup raga manusia. Yakni suatu sistem kehidupan yang sangat rumit, sangat sempurna sekalugus penuh misteri. Dapat kita bayangkan betapa hebatnya Dzat yang menciptakan sistem kehidupan manusia tersebut. Sudah pasti, yang menciptakannya adalah Allah SWT yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui dan Maha Menciptakan. Dialah yang berada di balik semua kehidupan yang menakjubkan itu. Tidak ada yang terlwatkan dari pantauan dan kekuasaan-Nya. Semua berada di bawah kekuasaan dan kehendak-Nya.
Namun yang harus dipertanyakan adalah, apakah hanya seperti itu kehidupan manusia? Apakah hidup manusia hanya untuk memenuhi kebutuhan jasad berupa makan, minum, tidur, dan buang hajat semata? Atau apakah hidup manusia hanya berisi perjalanan sel-sel yang menakjubkan itu? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang selalu menggelayut di dalan lubuk hati manusia yang oleh Allah SWT telah dikaruniai akal pikiran.
Para filosof pun mencoba mencari apa arti hidup yang sesungguhnya, yang pada gilirannya kemudian memunculkan jawaban yang berbeda-beda. Schopenhauer (1788-1860) menyatakan bahwa “hidp adalah kehendak”. Berbeda dengan Nietzsche (18444-1900) yang mendefinisikan “Hidup adalah kekuatan. Dan jauh sebelum kedua filosof itu. Imam Al Ghazali (wafat 505 H/1111 M) menyatakan bahwa: “Hidup adalah cinta dan ibadah”.
Kalau kita melihat beberapa pendapat ini, nampak jelas bahwa ungkapan Al Ghazali menggambarkan arti hidup yang lebih menyeluruh. Hidup adalah cinta dan ibadah. Cinta bisa mendatangkan kehendak, dan kehendak bisa memunculkan kekuatan serta sesuatu yang lain di atasnya.
Hidup juga ibadah, artinya hidup manusia untuk beribadah kepada Tuhannya. Ibadah dilakukan atas kekuatan materi (fisik) yang menjadikan seseorang berperilaku baik dan beramal shalih untuk kepentingan pribadi dan mayarakat. Kecerdasan spiritual menguatkan seseorang untuk mengungkap apa yang ada dalam alam serta beberapa nikmat, keindahan, dan tanda-tanda kebeasran Tuhan.
Hidup yang dalam bahasa Arab disebut hayat, biasanya diartikan sebagai suatu kondisi di mana seluruh anggota organ tubuh berfungsi. Tubuh dapat bernafas, bergerak, memerlukan makanan, menerima dan mereaksi rangsangan dari luar, tumbuh dan berkembang biak serta mengeluarkan zat sosa. Manusia dikatakan hidup apabila masih dapat menarik dan menghembuskan nafas, menggerakkan kaki dan tangan, membutuhkan makanan, menerima reaksi dari luar serta dapat berkembang biak.
Bernafas adalah proses mengambil oksigen dari lengkungan yang digunakan untuk membakar zat-zat makanan yang masuk ke dalam tubuh manusia dan mengeluarkan karbon dioksida dan uap ke dalam lingkungan. Peristiwa pembakaran itu disebut dengan oksidasi. Manusia dikatakan bergerak apabila mengalami perubahan pada posisi tubuh, misalnya berjalan, berlari dan beraktifitas. Manusia menerima dan memberi reaksi terhadap rangsangan (iritabilitas).
Pada umumnya, kehidupan seeorang selalu dikaitkan dengan masih berfungsinya faktor-faktor ini. Sebaliknya pada saat semuanya tidak berfungsi lagi, maka ketika itu ia dikatakan mati. Dan itulah akhir dari kehidupan seorang anak manusia.
Untuk Apakah Hidup di Dunia?
Ketika akan menciptakan manusia, terlebih dahulu Allah SWT memberitahukan kepada para malaikat bahwa makhluk yang akan diciptakan itu memiliki kelebihan yang tidak dimiliki makhluk Allah SWT yang lain, yakni berupa akal yang dikaruniakan oleh Allah SWT kepada setiap manusia.
Keistimewaan akal ini merupakan bekal bagi anak cucu Adam untuk mengarungi kehidupan dunia, sekaligus dapat dijadikan alat untuk mencapai tujuan hidup di dunia. Dengan akal, manusia bisa mengetahui baik dan buruk. Dengan akal pula manusia memiliki ilmu pengetahuan untuk mengatur dunia.
Dan dengan bekal akal yang sangat dahsyat inilah Allah SWT menjadikan manusia sebagai khalifah-Nya (wakil Alllah SWT) di muka bumi.
Ini adalah fungsi hidup manusia di dunia. Yakni sebagai khalifah Allah SWT yang dibebani untuk menghiasi kehidupan dunia dengan nilai-nilali kebaikan, seperti keadilan persamaan dan sebagainya.
Dari sini maka, hidup di dunia bisa bermakna bila manusia selalu berusaha untuk menjalankan fungsi khalifah yang dibebankan kepadanya. Hidup akan sangat berarti apabila seseorang selalu menebar kebaikan dalam setiap tingkah lakunya. Yakni perilaku yang selalu membawa kedamaian dan ketentraman pada orang di sekitarnya.
Dalam bentuk yang paling konkrit, usaha ini dapat berwujud dalam bentuk (1) menjunjung tinggi dan menegakkan keadilan, (2) menumbuhkan kepedulian sosial dengan membantu golongan lemah dan tertindas, (3) melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar, (4) serta menghiasi diri dengan tingkah laku yang selalu mengedepankan budi luhur, atau yang sering diistilahkan dengan akhlaqul karimah (uraian tentang akhlaqul karimah ini akan dibahas scara khusus).
1. Menegakkan Keadilan
Mengenai pentingnya berbuat adil dengan tegas Al Qur’an menempatkannya sebagai sendi utama agama Islam. Sekaligus memerintahkan umat Islam untuk selalu berbuat adil.
Para ulama menyatakan bahwa yang dimaksud adil adalah menempatkan sesuatu sesuai dengan tempatnya (proporsional). Ini menunujukkan bahwa adil tidak selalu berarti sama, tapi kondisional sesuai dengan siuasi dan kondisi. Bisa adi dalam suatu keadaan keadilan menuntut adanya kesamaan, namun dalam kondisi yang lain ketidak adilan itu justru berpangkal pada perlakuan yang sama tersebut. Misalnya pembagian hadiah dalam sebuah perlombaan antara juara pertama, kedua dan ketiga.
Adil disini mencakup segala hal, adil kepada diri seniri, adil kepada orang lain baik yang seagama atau yang lain agama, adil kepada istri, anak, bahkan kepada musuh.
2. Menumbuhkan Kepedulian Sosial
Begitu pula hidup akan menjadi bermakana bila seseorang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Membantu mereka yang lamah dan golongan tertindas. Islam sebagai agama rahmatan lil alamin (menjadi rahmat bagi seluruh alam) sangat menekankan pentingnya menumbuhkan kepedulian kepada sesama yang sangat membutuhkan. Agama sangat menganjurkan untuk membantu mereka yang kesusahan, menghapuskan penindasan, keterbelakangan serta ketidak adilan, baik yang terjadi di ranah publik ataupun domestik.
Dalam bentuknya yang paling nyata, adanya kewajiban zakat dan anjuran sedekah serta infaq bagi orang yang mampu, agar tumbuh kepedulian sosial kepada mereka yang sangat membutuhkan mengenai pentingnya membantu orang dalam kesusahan.
Bahkan membina hubungan sosial lebih utama dari sekedar memperhatikan perbuatan yang manfaatnya hanya dirasakan oleh dirinya sendiri.
Ini artinya bahwa melakukan bakti untuk kemaslahatan masyarakat dengan membantu kaum tertindas serta orang-orang yang sangat membutuhkan lebih utama dari hanya sekedar berdiam diri serta menyepi untuk mencari “kepuasan” pribadi.
Orang yang bermanfaat kepada manusia lain adalah mereka yang memiliki kepedulian sosial yang tinggi. Rela berkorban tanpa mengenal pamrih untuk kemaslahatan bersama. Mereka adalah orang-orang yang selalu dibutuhkan oleh masyarakatnya, di mana kehadirannya sangat ditunggu-tunggu dan kepergiannya selalu menyisakan kesedihan.
3. Melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Peran selanjutnya yang dapat diambil untuk mengisi hidup di dunia adalah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar yang merupakan hal yang sangat prinsip dalam agama.
Yang dimaksud dengan amar ma’ruf nahi munkar adalah usaha untuk menerapkan nilai-nilai kebaikan dan kebenaran, menghapus segala bentuk kesalahan dan penyimpangan. Karena itu, prinsip ini menjadi sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang adil, damai dan sejahtera.
Hanya saja amar ma’ruf nahi munkar harus dilakukan dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai tujuan baik kita menjadi rusak hanya gara-gara kesalaan dalam cara menerapkannya. Ibarat orang memancing, ikan didapat tetapi air di kolam tidak menjadi keruh. Itulah prinsip yang harus dikedepankan dalam melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar.

Ibnu Sina dan ‘Kitab Suci’ Kesehatan
Ahmad Saifuddin
Al Qanun 11 al-Tibb yang di Barat dikenal dengan Canons, boleh dikata merupakan ‘kitab suci’ ilmu kesehatan pada masanya. Tanpa merujuk ke buku tersebut, ilmu obat-obatan dan farmakologi dirasakan tidak akan sempurna. Tidak heran bila Ibnu Sina, pengarang buku tersebut begitu dihargai kejeniusan dan kontribusinya dalam ilmu kedokteran, sampai sekarang. Bahkan potret Ibnu Sina, hingga kini menjadi salah satu pajangan dinding besar gedung Fakultas Kedokteran Universitas Paris.
Ibnun Sina yang memiliki nama lengkap Abu Ali al-Hussein Ibn Abdallah, lahir di Afshana dekat Bukhara (Asia Tengah) pada tahun 981. Pada usia sepuluh tahun, dia telah menguasai dengan baik studi tentang Al Quran dan ilmu-ilmu clasar. Ilmu logika, dipelajarinya dari Abu Abdallah Natili, seorang filsuf besar pada masa itu. Filsafatnya meliputi buku-buku Islam dan Yunani yang sangat beragam.
Kemampuannya dalam bidang pengobatan sudah begitu mumpuni di usianya yang masih belia. Bahkan ketika usianya baru tujuhbelas tahun, dia sudah berhasil menyembuhkan penguasa Bukhara, Nun Ibn Manshur. Padahal sebelumnya para pakar kesehatan kerajaan sudah menyerah, tak satu pun yang mampu mengatasi penyakit sang raja.
Atas jasanya itu, Manshur bermaksud memberinya hadiah. Namun Ibnu Sina justru lebih memilih izin dari sang raja untuk diperkenankan meggunakan perpustakaan kerajaan yang dikenal memiliki koleksi buku-buku yang unik.
Setelah ayahnya meninggal, Ibnu Sina merantau ke Jurjan, dan bertemu dengan Abu Raihan al-Biruni, yang kala itu sangat termashur. Setelah itu dia pindah ke Rayy, dan melanjutkan perjalanan ke Hamadan, tempat yang memberinya inspirasi untuk bukunya yang terkenal, Al Qanun 11 al-Tibb.
Di Hamadan dia juga menyembuhkan sang penguasa, Syams al-Daulah, dari penyakit perut yang akut, sebelum melanjutkan lagi perjalanannya menuju Isfahan (kini Iran) untuk menyelesaikan karya-karyanya yang monumental.
Al Qanun fi al-Jibb
Al Qanun fi al-Tibb atau Norma-norma Kedokteran adalah sumbangan terbesar Ibnu Sina yang di Barat dikenal dengan Avicenna, terhadap ilmu pengetahuan. Karya yang matnpu bertahan selama enam abad ini diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard dari Cremena pada abad ke-12. Sejak saat itu Qanun menjadi buku wajib di sekolah-sekolah medis di Eropa. Pada abad ke-15 buku ini mengalami cetak ulang sebanyak enam belas kali. Lima belas cetakan dalam bahasa Latin, satu cetakan dalam bahasa Yahudi. Sedangkan pada abad berikutnya, Qanun mengalami cetak ulang sebanyak dua puluh kali.
Cameron Gruner pada tahun 1930 menerjemahkan sebagian isi buku itu ke bahasa Inggris dengan judul Risalah atas Norma Medis Avicenna. Dan selama lebih dari lima abad, Qanun menjadi pemandu bagi ilmu kedokteran di Barat. Tidak heran bila Dr. William Osier, penulis buku Evolution of Modern Science, mengatakan bahwa Qanun telah menjadi semacam ‘kitab suci’ kesehatan yang bertahan lebih lama dibanding karya mana pun.
Qanun boleh dikata merupakan Ensiklopedi Pengobatan yang sangat lengkap. Buku ini menelaah ulang pengetahuan kedokteran, baik dari sumber Islam maupun sumber-sumber kuna. Ibnu Sina tidak hanya menggabungkan pengetahuan yang telah ada tapi juga menciptakan karya-karya orisinal yang meliputi beberapa pengobatan umum, obat-obatan (760 macam), penyakit-penyakit mulai dari kepala hingga kakl, khususnya Patologi (ilmu tentang penyakit) dan Farmakopeia (Farmakope).
Di antara beberapa kontribusinya yang merupakan pengembangan besar adalah identifikasinya terhadap sifat-sifat penyakit menular seperti Pththsis dan Tuberculosis (TBC), penyebaran penyakit melalui air dan tanah, dan interaksi antara ilmu psikologi dan kedokteran. Ibnu Sina pula yang pertama kali menjelaskan tentang Meningitis (radang selaput otak) serta memberi penjelasan yang padat tentang anatomi, ginekologi, kesehatan anak, serta menemukan perawatan untuk Lachrymal Fistula, disusul dengan penyelidikan medis terhadap saluran pembuluh darah.
Hingga kini Qanun masih menjadi acuan para pakar untuk penyelidikan anatomi, karena buku ini mampu menjelaskan deskripsi secara gratis maupun penjelasan rinci mengenai Sclera, Kornea, Koroid, Iris, Retina, Lensa, Urat syaraf, juga Optic Chiasma. Dalam mendalami anatomi, Ibnu Sina menentang sikap praduga atau prakiraan. Dia mengimbau para pakar ilmu fisik dan ilmu bedah untuk kembali mendasarkan pengetahuannya pada studi tentang tubuh manusia. Dia mengamati bahwa Aorta sebenarnya terdiri dari tiga saluran yang terbuka saat darah mengalir dari dan di dalam jantung selama kontraksi, dan tertutup selama relaksasi, sehingga tidak akan terjadi luapan aliran darah ke dalam jantung.
Dia juga menegaskan bahwa otot dapat digerakkan karena adanya syaraf yang terdapat di dalamnya. Demikian pula rasa sakit yang dirasakan pada bagian otot, juga disebabkan adanya urat syaraf yang menerima rangsangan rasa sakit tersebut.
Lebih jauh dia mengadakan observasi dan menemukan bahwa ternyata di dalam organ hati, limpa dan ginjal, tidak ditemukan urat syaraf. Sebab urat syaraf justru tertanam pada lapisan luar organ-organ itu.
Karya-karya Lainnya
Selain ilmu pengobatan dan kesehatan, Ibnu Sina juga menyumbangkan pemikirannya pada ilmu matematika, fisika, musik, dan bidang-bidang lain. Penyelidikannya dalam bidang astronomi membuatnya berhasil merancang perangkat semacam Vernier yang meningkatkan ketepatan pengukuran suatu alat. Di bidang fisika, sumbangan pemikirannya mengenai bermacam bentuk energi, kalori, cahaya, mekanika, konsep gaya, ruang hampa udara, dan bilangan tak terhingga.
Dalam bidang kimia, Ibnu Sina adalah salah satu dari sekian banyak orang yang tidak percaya pada transmutasi kimia logam. Pandangan ini ditentang secara radikal pada masa itu. Risalahnya mgngenai mineral merupakan salah satu sumber utama geologi yang digunakan oleh para ensiklopedis Kristen pada abad ke-13.
Penemuannya di bidang musik merupakan perbaikan dari karya Farabi (al-Pharabius), yakni dengan menemukan suatu rumus bahwa jika serangkaian konsonan dirumuskan (n+1)/n, maka telinga tidak dapat membedakan konsonan tersebut pada n-45. Lebih jauh dia mengatakan, penggandaan terhadap satuan seperempat dan seperlima pada konsep ini merupakan langkah benar menuju sistem harmonisasi.
Karya Ibnu Sina dalam bidang filsafat yang terkenal adalah Al-Najat, Isyarat, dan al-Shifa (buku yang berisi tentang penyembuhan penyakit) merupakan ensiklopedi filosofis, didalamnya berisi jangkauan pengetahuan yang luas, dari filsafat hingga ilmu pengetahuan. Filsafat Ibnu Sina merupakan penggabungan tradisi Aristotelian, pengaruh Neoplatonic dan teologi Islam.
Ibnu Sina mengelompokkan seluruh bidang ilmu ke dalam dua kategori besar, yakni: pengetahuan teoritis dan pengetahuan praktis. Pengetahuan teoritis meliputi fisika, matematika, dan metafisika, sedangkan pengetahuan praktis meliputi etika, ilmu ekonomi, dan ilmu politik.
Jenius yang satu ini tidak pernah berhenti mengembara, baik secara fisik maupun secara batin. Secara fisik, dia terus berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain, untuk memuaskan rasa ingin tahunya terhadap segala hal, serta untuk dapat belajar, belajar, dan belajar. Karena terlalu banyak memeras otak dan diperparah oleh gejolak politik pada masa itu, kesehatannya semakin memburuk. Akhirnya, pada tahun 1037 dia kembali ke Hamadan, dan meninggal di sana. (amanah)
IBNU SINA : “Bapak Kedokteran Dunia”
Abu Ali al Husain ibn Abdallah ibn Sina adalah nama lengkap Ibnu Sina, yang lebih dikenal sebagai “Aviciena” oleh masyarakat barat. Dia adalah salah seorang tokoh terbesar sepanjang zaman, seorang jenius yang mahir dalam berbagai cabang ilmu. Dia lah pembuat ensiklopedi terkemuka dan pakar dalam bidang Kedokteran, Filsafat, Logika, Matematika, Astronomi, musik, dan puisi.
]Ibnu Sina dilahirkan pada tahun 980 M / 370 H di Afshinah, sebuah desa kecil tempat asal ibunya, di dekat Bukhara. Ayahnya, Abdullah, adalah seorang Gubernur Samanite yang kemudian ditugaskan di Bukhara. Sejak kecil ia telah memperlihatkan intelegensianya yang cemerlang dan kemajuan yang luar biasa dalam menerima pendidikan, ia telah hafal al-Qur’an pada usia 10 tahun.
Nama Ibnu Sina semakin melejit tatkala ia mampu menyembuhkan penyakit raja Bukhara, Nooh ibnu Mansoor. Saat itu ia baru berusia 17 tahun. Sebagai penghargaan, sang raja meminta Ibnu Sina menetap di istana, setidaknya sementara selama sang raja dalam proses penyembuhan. Namun Ibnu Sina menolaknya dengan halus. Sebagai imbalan ia hanya meminta izin untuk menggunakan perpustakaan kerajaan yang kuno dan antik. Tujuannya adalah mencari berbagai referensi dasar untuk menambah ilmunya agar lebih luas dan berkembang. Kemampuan ibnu Sina yang cepat menyerap berbagai cabang ilmu pengetahuan membuatnya menguasai berbagai macam materi intelektual dari perpustakaan Kerajaan pada usia 21.
Setelah ayahnya wafat, ia meninggalkan Bukhara karena gangguan politik dan pergi ke kota Gorgan, yang tekenal dengan kebudayaannya yang tinggi. Dia diundang dengan tulus oleh Raja Khawarizm, pelindung besar kebudayaan dan pendidikan. Di Gorgan ia membuka praktek dokter, bergerak dalam bidang pendidikan, dan menulis buku. Setelah itu, Ibnu Sina melanjutkan lagi perjalannya, antara lain ke Kota Ravy dan Kota Hamadan.
Sampai kini ilmunya yang ditulis dalam buku “Al Qanun Fi al-Tib” tetap menjadi dasar bagi perkembangan ilmu kedokteran dan pengobatan dunia. Karena itu Ibnu Sina menjadi bagian tak terpisahkan dari perkembangan ilmu kedokteran dunia. Bukunya “Al Qanun” “diterjemahkan” menjadi “The Cannon” oleh pihak Barat, yang kemudian menjadi rujukan banyak ilmuwan abad pertengahan.
Buku itu diantaranya berisi eksiklopedia dengan jumlah jutaan item tentang pengobatan dan obat-obatan. Bahkan diperkenalkan penyembuhan secara sistematis dan dijadikan rujukan selama tujuh abad kemudian (sampai abad ke-17).
Ibnu Sina meninggal pada tahun 1073, saat kembali di kota yang disukainya, Hamadan. Walau ia sudah meninggal, namun berbagai ilmunya sangat berguna dan digunakan untuk menyembuhkan berbagai penyakit yang kini diderita umat manusia.





1 komentar:

  1. mohon maaf sebelumnya, saya hanya ingin sekedar koreksi. artikel diatas yg menerangkan ttg takwa tertulis surat 49:73, bukankah surat 49 hanya 18 ayat.?? Mungkin yg anda maksud dengan sebaik-baiknya bekal adalah taqwa spt yg tertulis di QS 2:197. Mohon maaf saya hanya koreksi.
    wassalamualaykum.

    BalasHapus